lestarikan budaya Nasional

lestarikan budaya Nasional
pendidikan jalan merintis hidup bahagia

Jumat, 20 Mei 2011

INFLASI INDONESIA TAHUN 2007


Inflasi Sampai Akhir Tahun 6,3 Persen – BI

 Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi tahun kalender 2007 ini mencapai 6,3 persen atau sesuai dengan sasaran BI sebesar 5 - 7 persen, meski tekanan inflasi dari "imported inflation" meningkat. "Tingkat inflasi sampai dengan November tercatat sebesar 5,43 persen.
Oleh karenanya apabila inflasi Desember tetap terkendali, maka kita optimis inflasi tahun 2007 akan berada pada level sekitar 6,3 persen," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono, di Jakarta, Rabu.BPS pada Senin (3/12) melaporkan tingkat inflasi pada November 2007 mencapai 0, 18 persen, sementara tahun kalender (Januari-November 2007)  mencapai 5,43 persen. "Angka inflasi ini menunjukkan sebuah tanda akan ketahanan ekonomi kita yang semakin baik. Kita melihat bahwa tekanan inflasi dari kelompok `volatile foods` dan `administered prices` relatif minimal. Hal ini menunjukkan pula kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan barang di pasar,"katanya.
Meski demikian, secara fundamental tekanan inflasi masih akan terlihat dari "imported inflation" yang meningkat dan ekspektasi inflasi yang tinggi.
 "Ini yang menjadi perhatian BI untuk menyikapi tahun 2008 dan 2009," katanya. Secara umum, lanjut Hartadi, kinerja perekonomian pada November 2007 tetap menunjukkan perkembangan yang menggembirakan meskipun dihadapkan pada beberapa masalah eksternal yang perlu diwaspadai terutama harga minyak. "Pertumbuhan ekonomi meningkat dan mencapai 6,5 persen pada triwulan III/2007 sehingga secara keseluruhan sasaran pertumbuhan 6,3 persen yang ditetapkan pemerintah akan dapat dicapai," katanya
Dijelaskannya, berbagai indikator makro ekonomi saat ini terlihat lebih baik dibanding masa krisis dahulu, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi yang semakin rendah, transaksi berjalan yang surplus dan cadangan devisa yang bertambah signifikan dari 20 miliar dolar AS pada tahun 1997 menjadi 54 miliar dolar AS pada Oktober 2007.



2
 
 

Berbagai indikator perbankan juga menunjukkan banyak kemajuan, seperti permodalan yang semakin mantap dengan CAR yang mencapai 20,29 persen dibanding hanya sembilan persen pada 1997 "Kualitas kredit jauh lebih baik dengan rasio kredit bermasalah yang lebih rendah. Selain itu pembangunan infrastruktur perbankan menunjukkan banyak kemajuan seperti adanya jaring pengaman sektor keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sistem pembayaran RTGS, dan Good Corporate Governance (GCG)," katanya. (*)



















3
 
 

WASPADAI INFLASI TAHUN 2007                              SEBESAR 6.59 PERSEN

Jakarta, Kompas - Laju inflasi tahun 2007 mencapai 6,59 persen, sama dengan laju inflasi Desember 2007 terhadap Desember 2006 atau year on year. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, angka inflasi itu merupakan sesuatu yang serius. Oleh sebab itu, angka inflasi tersebut harus diwaspadai.
Angka inflasi yang besar, jelas Menkeu, berpotensi membebani suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diasumsikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008 sebesar 6 persen.
Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh faktor harga pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam yang akhir tahun lalu terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jadi, tiga faktor itu yang harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi tekanan inflasi, terutama pada beberapa daerah yang tergolong rawan bencana dan gejolak harga pangan," tambah Sri Mulyani, yang ditanya pers setelah penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2008 di Istana Negara Jakarta, Rabu (2/1).
Kenaikan harga bahan makanan menjadi salah satu faktor paling utama yang mendorong laju inflasi tahun 2007 hingga melampaui target inflasi yang ditetapkan pemerintah. Pada APBN-Perubahan 2007, pemerintah menargetkan inflasi tahunan sebesar 6 persen. Namun, Departemen Keuangan, akhir tahun lalu, sempat memprediksikan inflasi tahun 2007 akan mencapai 6,4 persen.
Di tempat terpisah, Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Ali Rosidi menjelaskan, kenaikan harga bahan makanan berkontribusi signifikan pada laju inflasi tahun 2007.
4
 
Kenaikan harga bahan makanan menyumbang sekitar 75 persen dari inflasi Desember 2007 yang tercatat 1,10 persen.
Pada dua pekan pertama Desember lalu, laju inflasi masih terkendali. Namun, inflasi melonjak pada dua pekan terakhir Desember, karena kenaikan harga bahan makanan," ujarnya. Berdasarkan pantauan BPS, kenaikan harga bahan makanan, antara lain beras, bawang merah, telur, dan tepung terigu, terjadi di semua kota besar.
Untuk menghitung inflasi, survei BPS dilakukan pada 45 kota di Indonesia. Inflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh sebesar 3,76 persen, sedangkan inflasi terendah di Pangkal Pinang 0,03 persen.
Kekurangan pasokan
Departemen Perdagangan mencatat, harga rata-rata beras nasional pada Desember 2007 sebesar Rp 5.126 per kilogram (kg), meningkat dibandingkan dengan harga rata-rata November sebesar Rp 4.985 per kg.
Sementara itu, harga rata-rata nasional tepung terigu meningkat dari Rp 5.613 per kg pada November 2007 menjadi Rp 6.134 pada Desember 2007.
"Kami menemukan di beberapa daerah terjadi kekurangan pasokan sehingga harga bahan makanan naik. Ada petani yang memang menahan hasil panen untuk menunggu harga membaik, tetapi ada pula pasokan yang tersendat karena (angkutan) kesulitan mendapat solar," ujar Ali.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Boediono mengatakan, pemerintah akan berupaya agar laju inflasi tahun 2008 lebih baik dari 2007. Fokus utama pengamanannya adalah menghilangkan hambatan pada distribusi bahan makanan.
"Dilihat dari penyebabnya, banyak peristiwa yang tidak terduga telah mendorong laju inflasi tahunan di akhir tahun 2007 hingga mencapai 6,59 persen. Itu antara lain banjir di berbagai kota di Indonesia," ujarnya.
5
 
Kepala Ekonom BNI Tony Prasetiantono menjelaskan, secara umum inflasi 2007, dan juga inflasi tahun-tahun sebelumnya, banyak dipicu oleh faktor musiman seperti tahun ajaran baru, puasa, lebaran, tahun baru, dan cuaca buruk yang menyebabkan panen gagal.
Situasi ini, lanjut Tony, akan menyebabkan suku bunga acuan atau BI Rate pada beberapa bulan mendatang tertahan di level 8 persen. Tingginya inflasi membuat nilai rupiah yang disimpan di tabungan kian tergerus. Para penabung mengalami negative real interest rate sebab laju inflasi lebih tinggi dibandingkan bunga tabungan yang hanya 3,8 persen per tahun. (DAY/OIN/HAR/FAJ)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



6
 
 


Tiga Risiko Ekonomi Dunia

Oleh H. PASKAH SUZETTA
Apa yang akan kita hadapi tahun 2008 serta langkah apa yang akan ditempuh pemerintah untuk mencapai sasaran yang akan dituju? Jawaban dari pertanyaan itu jejaknya bisa dilihat pada tahun 2007.
Secara ringkas dapat saya sampaikan bahwa pada tahun 2007 ini ekonomi kita lebih baik. Stabilitas ekonomi yang tercermin dari nilai tukar rupiah dan inflasi terjaga dengan baik. Terdapat pergerakan rupiah yang meningkat, antara lain karena pengaruh lanjutan dari subprime mortgage. Namun, tetap dalam rentang yang aman dan terkendali.
Inflasi kita insya Allah bulan Desember 2007 akan di bawah 1%, sehingga dapat dipastikan laju inflasi kita akan di bawah 6,5% tahun ini.
Kondisi neraca pembayaran kita juga semakin kuat. Penerimaan ekspor nonmigas dalam 10 bulan pertama tahun 2007 ini meningkat 17,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006. Cadangan devisa kita meningkat menjadi 54,9 miliar US dolar akhir November 2007, bertambah 12,3 miliar US dolar dibandingkan akhir tahun 2006. Proyeksi Bank Indonesia memperkirakan neraca transaksi berjalan kita akan mencatat surplus sebesar 10,9 miliar US dolar serta neraca modal dan finansial mengalami surplus 5,6 miliar US dolar dalam keseluruhan tahun 2007.
Perkembangan bulan Oktober dan November menunjukkan indikasi bahwa ekonomi kita pada triwulan IV/2007 akan tumbuh lebih besar dari 6,3% (y-o-y). Secara keseluruhan, sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 6,3% positif tercapai.
Ini adalah tahun pertama setelah krisis tahun 1997-1998 di mana pertumbuhan ekonomi mampu menembus 6% dan akan membangun ekspektasi yang lebih baik untuk tahun-tahun berikutnya.



7
 
 

Tahun 2008 kita akan menghadapi tiga risiko ekonomi dunia, yaitu kemungkinan berlanjutnya pengaruh kredit macet yang bermula dari AS, harga minyak mentah yang masih tinggi, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Ketiganya akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Tentu tidak akan mengakibatkan ekonomi dunia mengalami resesi, karena ekonomi Asia tetap akan tumbuh tinggi meskipun sedikit melambat.
Bagaimana ketahanan ekonomi kita menghadapi ketiga risiko eksternal tersebut? Secara umum, dapat saya katakan bahwa ketiga risiko eksternal tersebut dapat dikelola dan akan diamankan dengan baik oleh perekonomian kita.
Pengaruh lanjutan subprime mortgage saya perkirakan tidak akan berdampak langsung pada sektor riil. Mungkin akan memengaruhi arus modal jangka pendek, tetapi tidak akan banyak memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah kita.
Terhadap kemungkinan tingginya harga minyak mentah, pemerintah sudah menyampaikan bahwa dalam tingkat harga yang ekstrem sekalipun, yaitu USD 100 per barel, kondisi APBN tetap aman. Dengan demikian, kalau proyeksi terakhir harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang dilakukan oleh Badan Energi Amerika (Energy Information Administration) memperkirakan harga minyak WTI keseluruhan tahun 2008 sebesar 84,8 US dolar per barel, dapat katakan APBN kita tetap aman. Harga ekspor minyak mentah Indonesia antara 2-3 US dolar per barel lebih rendah dari harga minyak mentah WTI.
Antisipasi juga kita lakukan terhadap perlambatan ekonomi dunia yang nantinya akan berpengaruh pada ekspor nonmigas kita.
Diversifikasi pasar ekspor akan kita lakukan ke Asia dan Timur Tengah. Saya kira dunia usaha sudah menyiapkan langkah-langkah yang cepat untuk mengantisipasi permintaan dari AS yang melambat nantinya.
8
 
Dengan risiko eksternal yang dapat dikelola dengan baik tadi serta kemajuan ekonomi yang kita capai tahun 2007 akan membangun harapan bahwa perekonomian tahun 2008 akan lebih baik lagi. Pertumbuhan ekonomi akan didorong lebih tinggi lagi dan diupayakan mencapai 6,8%. Tentu dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi dengan baik.
Empat langkah
Secara singkat ada empat langkah utama yang akan ditempuh untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8% di samping pengamanan APBN yang juga sangat penting.
Pertama adalah meningkatkan investasi. Investasi yang dalam triwulan pertama tahun 2007 meningkat 7,9% akan didorong menjadi dua digit pada tahun 2007. Selain oleh kebijakan percepatan investasi, peningkatannya juga akan didukung oleh pembangunan infrastuktur yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam tahun 2008 ini telah dialokasikan belanja modal Rp 101,5 triliun atau 38,8% lebih besar dari APBN tahun 2007. Ini diharapkan dapat mendorong investasi masyarakat.
Potensi investasi masyarakat cukup besar. Rencana investasi yang dicatat oleh BKPM dan instansi penanaman modal di daerah dalam 11 bulan pertama tahun 2007 berjumlah sekitar Rp 520 triliun atau meningkat 84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tidak semuanya akan terealisasi dalam tahun 2008. Namun, kebijakan percepatan investasi dan pembangunan infrastruktur yang dibiayai pemerintah dapat memperbesar realisasinya.
Kedua adalah meningkatkan efektivitas belanja APBN. Pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dibiayai oleh APBN akan diupayakan lebih awal agar memberi dorongan sedini mungkin kepada perekonomian. Selain efektivitas belanja modal oleh pusat, daerah diharapkan sedini mungkin dapat memanfaatkan dana perimbangan yang disediakan. Proses politik anggaran di daerah yang lebih cepat sangat menentukan pelaksanaan pembangunan di daerah berjalan lebih awal. Dengan dana perimbangan pada tahun 2008 yang direncanakan Rp 281,2 triliun, potensi daerah untuk menggerakkan ekonomi cukup besar.
9
 
Dengan investasi yang meningkat dan belanja APBN yang lebih efektif, daya beli masyarakat berpotensi meningkat lebih tinggi dan mendorong pengeluaran rumah tangga lebih besar. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 5,9% dalam tahun 2008. Dengan sumbangannya yang hampir dua pertiga PDB, peranan konsumsi rumah tangga cukup penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila pengeluaran masyarakat tertekan, peningkatan investasi yang tinggi sekali pun kurang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara kuat.
Ketiga, memanfaatkan ruang penurunan suku bunga. Dengan laju inflasi tahun 2007 yang lebih rendah dari tahun 2006 serta pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia, stabilitas harga akan lebih baik pada tahun 2008. Ketersediaan bahan pokok yang lebih memadai pada tahun 2008 akan menekan inflasi kelompok bahan makanan yang masih meningkat cukup tinggi dalam tahun 2007.
Pengaruh musiman termasuk meningkatnya biaya pendidikan terutama pada tahun ajaran baru akan diperhatikan dengan baik. Secara keseluruhan, laju inflasi tahun 2008 berpotensi terjaga pada tingkat 6%. Dengan demikian, masih tersedia ruang, meskipun tidak sebesar tahun 2007, bagi penurunan suku bunga. Penurunan itu pada gilirannya akan memberi stimulus bagi perekonomian.
Dengan perbaikan iklim investasi yang didukung oleh pembangunan infrastruktur, penurunan suku bunga akan mendorong penyaluran kredit perbankan. Kredit perbankan yang pada bulan Oktober 2007 meningkat 24,0% (y-o-y) berpotensi meningkat lebih tinggi pada tahun 2008. Besaran pertumbuhan kredit yang konsisten dengan pertumbuhan ekonomi 6,8% dengan memperhitungkan inflasi sekitar 6% adalah antara 27,5-28,0%. Peningkatan yang bukan tidak mungkin dicapai untuk tahun 2008 nanti.
Keempat, menjaga stabilitas ekonomi. Stabilitas ekonomi tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
10
 
 Pergerakan nilai tukar dan peningkatan inflasi yang tidak terkendali akan berpengaruh langsung terhadap keyakinan masyarakat termasuk dunia usaha yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada daya beli masyarakat serta dunia usaha. Untuk itu, kebijakan suku bunga termasuk kemungkinan penurunannya tetap harus mempertimbangkan keseimbangan yang optimal antara fungsinya untuk menjaga stabilitas baik nilai tukar rupiah dan harga serta peranannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara umum, meskipun risiko eksternal meningkat, pertumbuhan ekonomi 6,8% dalam tahun 2008 masih dalam jangkauan untuk dicapai. Risiko pertumbuhan yang lebih rendah tetap ada, terutama apabila tekanan eksternal sangat berat. Akan tetapi, tetap tidak mengurangi gambaran ekonomi tahun 2008 yang lebih baik.***


















11
 
 

Penurunan BI Rate Bakal Melambat
Telekomunikasi, Sektor Paling Berprospek Tahun 2007
Jakarta, Kompas - Bank Indonesia akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada tahun 2007. Meningkatnya tekanan inflasi tahun depan membuat bank sentral sulit untuk melanjutkan penurunan suku bunga seagresif tahun ini, yang sebesar 50 basis poin sekali turun.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono menjelaskan, tahun 2007 ruang untuk menurunkan BI Rate masih terbuka mengingat inflasi tahun 2006 sangat rendah.
Sebagai informasi, inflasi inti (tidak memasukkan komoditas energi dan makanan) yang dihitung BI selama periode Januari-November 2006 sebesar 5,92 persen. Adapun inflasi indeks harga konsumen (IHK, yang mencakup semua komoditas) versi Badan Pusat Statistik sebesar 5,32 persen. Inflasi inti merupakan faktor utama yang dipakai BI menetapkan BI Rate.
Selama ini selisih atau spread antara inflasi inti dan BI Rate berkisar 200 basis poin sampai 300 basis poin. Artinya, jika inflasi inti saat ini sebesar 6 persen, masih ada ruang untuk menurunkan BI Rate sampai ke level 9 persen. Adapun saat ini BI Rate berada di level 9,75 persen.
Kendati demikian, menurut Hartadi, tekanan inflasi tahun 2007 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2006. "Ketika pergerakan ekonomi meningkat, pada saat bersamaan tekanan inflasi juga meningkat," kata Hartadi.
Meningkatnya tekanan inflasi tahun 2007 merupakan akibat dari kenaikan biaya-biaya dan permintaan domestik. Tekanan inflasi juga datang dari eksternal karena kebijakan moneter di beberapa kawasan cenderung masih menunjukkan tren tight-bias (ketat) dengan risiko ketidakpastian harga minyak dan meningkatnya ketidakseimbangan global.



12
 
 

Untuk menyikapi hal tersebut, kata Hartadi, BI akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga. Menurut dia, penurunan suku bunga secara agresif sebesar 50 basis poin pada beberapa bulan terakhir dimungkinkan karena ruangnya masih cukup besar seiring rendahnya inflasi dan membaiknya kondisi ekonomi makro secara keseluruhan.
"Namun, ke depan, begitu ada potensi risiko, BI akan berhati-hati, ditunjukkan dengan penurunan suku bunga yang lebih gradual dan kecepatannya diperlambat," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Martin Panggabean memperkirakan penurunan BI Rate dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada tahun 2007 tidak lagi signifikan seperti tahun 2006. Penurunan SBI selama tahun 2007 diperkirakan hanya 50 basis poin-75 basis poin. Selama tahun 2006 penurunan SBI mencapai 300 basis poin.
Selain adanya tekanan inflasi, kondisi tersebut juga dipicu semakin tipisnya selisih SBI dan suku bunga The Fed, yang hanya sekitar 450 basis poin. Ini berarti telah melampaui selisih psikologis yang bertahan sejak tahun 2000, yakni minimal 500 basis poin. Suku bunga The Fed selama tahun 2007 diperkirakan turun sekitar 50 basis poin, dari 5,25 persen saat ini ke 4,75 persen.









13
 
 

Prospek
Chief Economist Bank BNI Tony Prasetiantono mengatakan, pada tahun 2007 beberapa industri yang masih memiliki prospek tidak berbeda dengan tahun ini, yakni industri telekomunikasi, industri semen, rokok, perbankan, serta energi.
"Yang paling menonjol adalah sektor telekomunikasi. Banyak investor asing yang membeli saham sektor ini. Untuk sektor energi sebenarnya menonjol, tetapi kasus luapan lumpur panas di Sidoarjo membuat risiko jadi tinggi untuk sektor ini," ujarnya.
Adapun untuk industri semen, tahun depan akan memperoleh permintaan yang cukup besar, jika proyek-proyek infrastruktur mulai dijalankan. "Industri rokok yang diperkirakan banyak pengamat akan menjadi industri yang redup ternyata tidak. Sektor ini masih bagus. Sebagai contoh, penjualan Sampoerna ke Philip Morris yang sempat diprediksikan tidak akan membawa dampak yang baik ternyata kinerja perseroan ini cukup bagus setelah dijual. Bahkan lebih baik dari performa Gudang Garam," katanya. (FAJ/TAV)
14
 

BAB III
PENUTUP


Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah Nya yang telah di limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kliping ekonomi yang di wajibkan oleh guru untuk memenuhi tugas ekonomi dengan baik tanpa hambatan suatu apapun. Banyak yang telah kamigoreskan berupa pengenalan dan pengetahuan tentang INFLASI TAHUN 2007 di Indonesia. Tetapi masih banyak penulisan yang belum sempurna, memang itulah kelemahan kami. Karena sesempuranya manusia pasti masih ada kekurangannya. Untuk itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca.
Semoga apa yang kami jabarkan dalam kliping ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Terima kasih




15
 
                                                                           Penyusun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar