lestarikan budaya Nasional

lestarikan budaya Nasional
pendidikan jalan merintis hidup bahagia

Jumat, 20 Mei 2011

INFLASI INDONESIA TAHUN 2002


PENDAHULUAN


Pertumbuhan perekonomian yang baik merupakan harapan setiap negara di dunia. Karena dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang baik, negara mampu menunjang gerakan dinamika perekonomian global menjadi semakin meningkat. Selain itu pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar. Apalagi pertumbuhan sektor financial dibarengi dengan pertumbuhan. Sektor riil maka akibatnya dampak terhadap masyarakat luas seperti penyerapan tenaga kerja semakin besar.
Pertumbuhan perekonomian akan terhambat dengan adanya inflasi dimana keadaan harga cenderung naik secara terus-menerus dan berlaku secara umum yang akan mengakibatkan nilai uang turun. Hal ini akan berdampak buruk bagi proses pembangunan nasional.























INFLASI

1)      Pengertian inflasi
Inflasi adalah fenomena kenaikan harga-harga pada sebuah lingkup ekonomi. Tingkat inflasi biasanya diberikan dalam presentase. Jika inflasi pada sebuah tahun adalah 10% maka rata-rata harga barang pada akhir tahun lebih mahal 10% daripada di awal tahun. Atau dengan kata lain nilai yang bisa dibeli oleh sejumlah uang berkurang 10% pada akhir tahun dibandingkan awal tahun.
Contoh penerapan perhitungan inflasi sehari-hari.
Tingkat inflasi dapat digunakan oleh pemberi dan penerima gaji sebagai salah satu faktor untuk menentukan tingkat kenaikan gaji.
Sebagai contohnya, seorang pekerja menerima gaji 2 juta pada 1 Januari 2008. Karena itu wajar jika dia meminta gaji; kuranng lebih 11,8% pada                        31 Desember 2008 sesuai tingkat inflasi pada tahun tersebut.

2)      Penyebab terjadinya inflasi
1.      Inflasi yang disebabkan karena kenaikan permintaan
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena permintaan masyarakat terhadap berbagai barang lebih besar daripada penawaran barang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Akhirnya, harga barang naik. Demand-pull inflation bisa muncul karena beberapa hal. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, terlalu banyaknya uang yang dialirkan oleh bank sentral bisa menyebabkan inflasi. Meningkatnya anggaran belanja negara dan ekspansi bisnis juga dapat meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan. Inflasi juga dapat terjadi jika pajak diturunkan atau konsumen enggan menabung dan lebih suka membeli barang lebih banyak.
2.      Inflasi yang disebabkan karena kenaikan biaya produksi
Menurut teori ini, serikat pekerja yang kuat menuntut gaji yang lebih besar kepada perusahaan. Ketika perusahaan harus membayar gaji yang lebih tinggi kepada karyawannya, biaya produksi mereka meningkat. Agar keuntungan mereka tetap, mereka menaikkan harga. Setiap kali hal ini terjadi, harga barang kebutuhan sehari-hari ikut naik. Lalu, pekerja menuntut agar gaji mereka dinaikkan lagi. Sekali lagi perusahaan mempunnyai alasan untuk menaikkan harga barang.
Begitulah seterusnya.
INFLASI PERIODE 2002
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN
BULAN JUNI 2002


Sampai dengan akhir Juni 2002 beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan perbaikan. Kurs rupiah menguat menjadi    Rp 8.730/US$; lebih dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya yaitu sebesar   Rp 8.785/US$. Selanjutnya posisi uang primer pada akhir bulan Juni 2002 mencapai Rp 119,9 triliun atau naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2001, laju pertumbuhan uang primer mencapai 8,4%. Dengan perkembangan ini, laju pertumbuhan uang primer selama 6 bulan pertama tahun 2002 relatif terkendali, tidak melebihi 15%. Terkendalinya pertumbuhan uang primer dan menguatnya kurs ikut membantu menstabilkan harga. Laju inflasi pada bulan Juni 2002 mencapai 0,36%; lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (1,67%). Secara keseluruhan hingga 6 bulan pertama (Januari – Juni) tahun 2002 laju inflasi 4,46%; lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,46%. Ringkasan perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel         berikut ini :
Dengan semakin terkendalinya laju inflasi, suku bunga cenderung menurun Indeks Kepercayaan Konsumen pada bulan Mei 2002 meningkat. IHSG pada akhir bulan Juni 2002 menurun menjadi 505,0. Dengan semakin terkendalinya laju inflasi maka rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan terus menurun dan mencapai 15,11% pada akhir bulan Juni 2002. Pada awal bulan Juni 2002, Komite Pengarah London Club yang mewakili 50 bank pemberi pinjaman kepada Indonesia secara prinsip telah menyetujui proposal penjadwalan kembali utang sindikasi tahun  1995, 1996, dan 1997 yang diajukan oleh pemerintah RI. Jumlah pinjaman sindikasi yang dimintakan untuk dijadwalkan kembali terdiri dari pinjaman sindikasi pada tahun 1995 yang jatuh tempo Juni 2002 sebesar US$ 242,9 juta dan 6,5 miliyar yen dengan masa pengembalian selama 17,5 tahun. Sementara itu, pinjaman sindikasipada tahun 1996 dan 1997 sebesar masing-masingm US$500 juta yang pembayaran pokoknya akan jatuh tempo pada 2004 dan 2005 (bullet repayment) diusulkan diperpanjanng pengembalian selama 10 bulan. Berdasarkan persetujuan dari seluruh  kreditur pinjaman sindikasi tersebut, penjadwalan utang ini hanya mencakup utang pokoknya saja dan tidak meliputi bunga utang. Beberapa kemajuan yang telah dicapai hingga semester I/2002 telah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pemulihan ekonomi. Ini ditunjukan dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) bulan Mei 2002 yang dikeluarkan oleh Danareksa Research Institute yang meningkat menjadi 99,3 atau naik 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya. Naiknya IKK ini didorong oleh kenaikan Indeks Situasi Sekarang (ISS) dari 81,3 pada bulan April menjadi 82,7 pada bulan Mei; sedangkan Indeks Ekspektasi (IE) menurun dari 111,9 menjadi 111,7 pada periode yang sama. Walaupun secara keseluruhan hingga semester I/2002 kondisi perekonomian Indonesia terus menunjukan perbaikan namun bebrapa indicator lainnya masih belum sepenuhnya pulih. Pada akhir bulan Juni 2002 ini IHSG turun menjadi 505,0; lebih rendah dibandingkan dengan dua bulan sepenuhnya (534,1 pada akhirApril dan 530,8 pada akhir Mei 2002). Sejalan dengan itu Nilai Kapitalisasi Pasar pada akhir bulan Juni 2002 ini turun menjadi Rp 315,8 triliun; lebih rendah dari dua bulan sebelumnya (Rp 334,8 triliun pada akhir April dan Rp 332,6 triliun pada akhir Mei 2002). BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS).
Nilai ekspor pada bulan Mei 2002 turun menjadi US$ 4,70 miliar atau 1,5% lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan terjadi baik pada ekspor migas maupun non-migas masing-masing sebesar 3,9% dan 0,8%. Turunnya ekspor migas disebabkan oleh melemahnya permintaan minyak mentah menjelang musim panas. Dengan perkembangan  ini, total nilai ekspor dalam lima bulan pertama (Jan – Mei) tahun 2002 masih lebih rendah sekitar 9,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada bulan Mei 2002, Amerika Serikat dan Jepang masih merupakan negara-negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai berturut-turut sekitar US$ 645,0 juta dan US$ 505,4 juta atau meningkat masing-masing sekitar 8,9% dan 2,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selama lima bulan pertama tahun 2002, total nilai ekspor ke negara-negara tujuan utama tersebut masih menurun sekitar US$ 9,1% dan 19,6%. Nilai impor keseluruhan pada bulan Mei 2002 turun menjadi sekitar US$ 2,43 miliar atau 1,9% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi pada impor non migas sebesar 3,8% sedangkan import migas mengalami kenaikan sebesar 6,6%. Secara komulatif total impor dalam lima bulan pertama tahun 2002 turun sebesar 23,9% diandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ringkasan eksport dan import pada tabel di bawah ini Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada bulan Mei 2002 menjadi sekitar 362 ribu orang atau naik 10,4% dibandingkan bulan April 2002 yang mencapai sekitar 328 ribu orang. Dalam tahun kalender (Januari – Mei) 2002 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1,68 juta orang, turun sekitar 0,7% dibandingkan periode yang sam tahun sebelumnya. Bali tetap menjadi daerah unggulan pariwisata dengan jumlah wisatawan mancanegara terbanyak yaitu sekitar 125 ribu orang untuk bulan Mei 2002 dan 547 ribu orang secara kumulatif tahun kalender 2002.
Minat  investasi baik dalam maupun luar negeri masih lemah. Lemahnya minat investor menanamkan modal di Indonesia antara lain disebabkan oleh ketidakpastian hukum. Minat investasi baik dalam maupun luar negeri masih lemah. Sampai dengan lima bulan pertama tahun 2002, proyek PMDN yang disetujui berjumlah 69 dengan nilai rencana investasi sebesar Rp 9,4 triliun. Ini lebih rendah dibandingkan dengan proyek PMDN yang disetujui dalam kurun waktu yang sama tahun 2001 yang berjumlah 99 dengan nilai rencana investasi sebesar Rp 12,7 triliun. Adapun proyek PMA yang disetujui dalam lima bulan pertama tahun 2002 berjumlah 402 dengan nilali rencana investasi sebesar US$ 1,7 miliar; lebih rendah dari periode yang sama tahun 2001 dengan proyek berjumlah 566 dan nilai rencana investasi sebesar US$ 4,0 miliar. Lemahnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia antara lain disebabkan oleh ketidakpastian hukum di samping faktor-faktor lain seperti resiko politik dan faktor keamanan. Khusus untuk masalah penegakan dan kepastian hukkum, berdasarkan hasil survey yang dikeluarkan lembaga pemeringkat internasional PERC pada bulan Mei 2002, Indonesia mendapat angka 9,83 (dari angka terbaik 0 dan terburuk 10). Angka ini menunjukkan lemahnya penegakan dan kepastian hukum di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina (8,33), Hongkong (2,81), India (7,00), Jepang (3,67), Malaysia (5,86), Filipina (7,75), Singapura (1,70), Korsel (5,00), Taiwan (6,33), dan Thailand (7,78). Bahkan untuk etos kerja, Indonesia dinilai terburuk di Asia. Ini tercermin dari indeks persepsi terhadap Indonesia yaitu sebesar 7,50. Sebagia perbandingan dengan negara-negara lain, indeks persepsi terhadap Cina (3,75), Hongkong (2,81), India (6,75), Jepang (1,50), Malaysia (6,00), Filipina (6,20), Singapura (3,00), Korsel (1,50), Taiwan (3,71), Thailand (6,00) dan Vietnam (5,75). Jakarta, 9 Juli 2002 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS).





Inflasi Bulan November 1,85 Persen
02 Desember 2002

TEMPO Interaktif, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi bulan November 2002 sebesar 1,85 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender (Januari – November 2002) sebesar 8,72 persen. Sedangkan inflasi year on year (November 2002 terhadap November 2001) sebesar 10,48 persen.
Dalam pengumuman Badan Pusat Statistik (2/12) ini, bulan Ramadhan turut mempengaruhi perkembangan harga berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini terbukti dari hasil pemantauan BPS, yang menunjukkan adanya kenaikan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 4,92, dari angka 265,95 pada Oktober 2002 menjadi 270,87 pada November 2002.

Terhadap angka inflasi pada November 2002 ini, kelompok bahan makanan menyumbang pengeluaran paling tinggi sebesar 1,25 persen. Selanjutnya disusul secara berurutan: kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,31 persen), kelompok peruamhan (0,17 persen), kelompok sandang (0,07 persen), kelompok transport dan komunikasi (0,03) dan kemudian disusul oleh kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang masing-masing menyumbang pengeluaran 0,01 persen.

Berdasar data yang dikumpulkan oleh BPS, pada November 2002 ini tidka ada komoditas yang mengalami penurunan harga secara dominan. Artinya penurunan harga komoditas itu tidak lebih dari 0,01 persen. Sementara, kenaikan harga dan tariff yang dicatat oleh BPS diantaranya cabe, rokok kretek filter, daging ayam, gula pasir, minyak goreng, tariff listrik, kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga, tariff air minum dan solar.

Mengenal laju inflasi kalender yang mencapai sebesar 8,72 persen, Kepala BPS Sudarti Surbakti menjelaskan, angka ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10,76 persen. Begitu juha halnya dengan angka inflasi year on year kali ini sebesar 10,48 persen, yang lebih besar dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 12,91 persen.

Sudarti meperkirakan, angka inflasi pada Desember nanti akan melampaui inflasi bulan November ini. “Kebiasaanya, inflasi Desember selalu lebih tinggi dari November,” kata dia. Hal ini, menurut Sudarti, dipengaruhi oleh hari raya Lebaran dan Natal yang jatuh bersamaan pada bulan Desember.
Nilai konsumsi menurut kelomppok pengeluaran tahun 2001 – 2002 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL NILAI KONSUMSI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN TAHUN 2001-2002

Nilai Konsumsi
Desember 2001

Desember 2002
Umum

2.106.233,71

2.269.709,69
1. Bahan Makanan
498.018,78

553.334,16
2. Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau
380.608,72

427.761,64
3. Perumahan
469.699,26

526.589,52
4. Sandang
171.688,65

174.421,80
5. Kesehatan
119.996,74

125.686,44
6. Pendidikan, rekreasi dan olahraga
203.075,25

208.908,47
7. Transportasi dan Komunikasi
163.146,46

253.007,67

Sumber : Bappekab dan BPS Kabupaten Sidoarjo

Nilai konsumsi bulan Desember 2002 meningkat sebesar 9,69 persen dibanidngkan dengan nilali konsumsi bulan Desember 2001, yaitu dari Rp 2.106.233,71 menjadi Rp 2.269.709,69. Jenis barang / jasa yang mempunyai nilai konsumsi tertinggi di Kabupaten Sidoarjo adalah bahan makanan khususnya untuk kelomppok padi-padian, umbi-umbian dna hsil-hasilnya diikuti dengan pengeluaran untuk perumahan dimana 23,20 persen dikeluarkan untuk biaya tempat tinggal.
ANALISIS DATA

Laju inflasi pada bulan Juni 2002 mencapai 0,36% lebih rendah dibandingkan bulan yang smaa tahun sebelumnya (1,67%). Secara keseluruhan hingga 6 bulan pertama (Januari – Juni) tahun 2002 laju inflasi mencapai 4,46% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,46%. Sedangkan pada bulan November 2002 inflasi sebesar 1,85%. Dengan demikian laju inflasi kalender (Januari – Juni) 2002 sebesar 8,72%. Mengenai laju inflais kalender yang mencapai 8,72% angka ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10,76%. Bulan Ramadhan berpengaruh terhadap perkembangan harga berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini terbukti yaitu adanya kenaikan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 4,92 dan angka 265,95 pada Oktober 2002 menjadi 270,87 pada November 2002.
Walaupun secara keseluruhan kondisi perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan namun beberapa indikator lainnya masih belum sepenuhnya pulih.




















Tabel. Inflasi Nasional per Bulan, Jnauari – Desember 2002
Bulan / Month
2002
Januari
1.99
Februari
1.50
Maret
-0.02
April
-0.24
Mei
0.80
Juni
0.36
Juli
0.82
Agustus
0.29
September
0.53
Oktober
0.54
Nopember
1.85
Desember
1.20
Total
10.03


Analisis Tabel
Inflasi terbesar tahun 2002 pada bulan Januari yaitu sebesar 1,99%. Inflasi terendah / deflasi adalah bulan Maret. Laju inflasi pada bulan Juni 2002 mencapai 0,36% lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (1,67%). Secara keseluruhan hingga 6 bulan pertama (Januari – Juni) tahun 2002 laju inflasi mencapai 4,46%. Secara keseluruhan kondisi perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan.











PENUTUP


Kesimpulan
Berdasarkan uraian, analisis dan pembahasan yang telah disajikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Total laju inflasi pada tahun 2002 sebesar 10,03%. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan pada periode sebelumnya yang mencapai 12,65%.
2.      Secara keseluruhan kondisi perekonomian Indonesia periode 2002 terus menunjukkan perbaikan. Namun beberapa indikator lainnya msih belum sepenuhnya pulih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar